Doc. Penulis |
Kepada laut biru di bulan Mei kita tertawa lepas
Kepada ombak yang menghantam karang pun kita memaafkan
Kepada api unggun yang tersenyum hangat kita bernyanyi bersama
Namun kepada bunga pukul sembilan yang berbunga indah kita menatap nanar
Disatu waktu di bulan november kita tertawa ceria
Berjalan diantara daun ki hujan yang berguguran
Tersenyum menyiram bunga Celosia plumosa
Menari bahagia dibawah pohon Lagerstromia speciosa yang berbunga indah
Kala itu angin desember berhembus datang bersama sebuah kalimat sakral darimu
Senyum merekah lagi di wajahku
Kita bahagia bermain ayunan bersama bulan yang bersinar terang
Merasakan tetes hujan yang jatuh ditelapak
Namun angin yang bertiup menyadarkan bahwa sudah saatnya kita kembali
Kita takut jika perjalanan ini ternyata membuat kita menjauhi cahaya sebenarnya
Hari itu langit januari bersedih melihat kisah itu
Duduk berdiam diri di aliran sungai, seolah berusaha mengerti bahasa alam
Membekukan senyum lewat lensa sederhana
Melihat daun yang tegar menadahi air mata langit
Berusaha tersenyum melihat batu yang melepaskan aliran air yang menenangkan
Saat menatap menatap senja kita tersenyum namun ada kabut
“Senja adalah saat dimana rindu naik ke permukaan”
Waktu berikutnya Juni datang membawa selimut
Menyalakannya lentera, membawa buku dan menyuguhkan segelas cappucino.
Agustus pun datang menumbuhkan pohon pohon indah
Hujan berikutnya sudah tak sedingin biasanya
Matahari akhirnya terbit kembali
Bulan kembali bersinar terang
Kita tersenyum kembali.
0 Comments