Oleh: Fritjof Capra
Leonardo
da Vinci, mungkin merupakan empu pelukis dan jenius Renaisans terbesar, telah
menjadi subjek bagi ratusan buku keilmuan dan populer. Karya besarnya yang
melimpah itu, yang konon mencapai 100.000 gambar dan lebih dari 6.000 halaman
catatan, dan bidang perhatiannya yang sangat beragam, telah memikat banyak
sekali sarjana dari berbagai disiplin akademik dan seni.
Namun
yang mengejutkan adalah, hanya ada sedikit buku tentang sains Leonardo,
walaupun ia meninggalkan buku-buku catatan tebal dan penuh deskripsi rinci
tentang eksperimen-eksperimennya, gambar-gambar cemerlang, dan analisis
mendalam atas temuan-temuannya. Di samping itu, sebagian besar pengarang yang
mendiskusikan karya inilah Leonardo telah memandangnya melalui lensa Newtonian,
dan saya yakin hal ini telah membuat mereka tidak memahami hakikat esensialnya.
Leonardo
pada akhirnya hendak menyajikan hasil-hasil riset ilmiahnya sebagai suatu
bangunan pengetahuan yang koheren dan integral. Ia tidak pernah berhasil
melakukan hal itu, karena sepanjang hidupnya ia selalu merasa lebih banyak
terdorong untuk memperluas, memperindah, dan mendokumentasikan investigasinya
ketimbang mengorganisasikannya dalam cara sistematis. Sehingga pada masa-masa
pasca meninggalnya, para sarjana yang mempelajari Notebook-nya yang
cemerlang itu lebih cenderung memandangnya sebagai karya yang terpecah-pecah
dan semrawut. Namun dalam pikiran Leonardo, sainsnya sama sekali tidak
terpecah-pecah. Sains itu memberinya gambaran koheren, menyatukan fenomena alam
semesta –namun merupakan gambaran alam semesta Galileo, Descartes, dan Newton.
Baru
sekarang inilah, lima abad kemudian, ketika batas wilayah sains Newtonian telah
tampak jelas dan pandangan dunia Cartesian yang mekanistik menyisih, dan
memberikan jalan kepada pandangan yang holistik dan ekologis, yang mirip dengan
pandangan Leonardo, kita mulai bisa mengapresiasi seluruh kekuatan sains
Leonardo dan relevansi besarnya bagi era modern kita.
Niat
saya adalah hendak menyajikan suatu pembahasan koheren tentang metode dan pencapaian
ilmiah sang jenius besar Renaisans tersebut, dan mengevaluasinya dari
perspektif pemikiran ilmiah masa kini. Mempelajari Leonardo dari perspektif
ini, tidak hanya akan memungkinkan kita untuk mengenali sainsnya sebagai suatu
bangunan pengetahuan yang kokoh, namun juga akan memnunjukkan mengapa sains itu
tidak dapat dimengerti tanpa seninya, dan seninya juga tidak dapat dimengerti
tanpa sainsnya.
Sebagai
ilmuwan dan pengarang, dalam buku ini saya berangkat dari karya saya yang
biasanya. Akan tetapi pada saat yang sama, buku ini telah menjadi buku yang
memuaskan untuk ditulis, karena selama tiga dekade ini saya telah terpesona
pada karya ilmiah Leonardo da Vinci. Ketika saya memulai karier sebagai penulis
pada awal 1970-an, saya berencana menulis sebuah buku populer tentang fisika
partikel. Saya merampungkan tiga bab pertama dari manuskrip tersebut, kemudian
membatalkan proyek itu untuk menulis The Tao of Physics, di mana sebagian besar
dari materi manuskrip tersebut saya masukkan ke dalam buku itu. Manuskrip saya
yang asli dimulai denan sejarah singkat sains Barat modern, dan dibuka dengan
pernyataan indah oleh Leonardo da Vinci tentang landasan empiris sains yang
sekarang menjadi epigraf buku ini.
Karena
saya telah memberikan peghargaan kepada Leonardo sebagai ilmuwan pertama (jauh
sebelum Galileo, Bacon, dan Newton) dalam manuskrip awal, saya tetap
mempertahankan ketakjuban saya pada karya ilmiahnya, dan selama bertahun-tahun
telah menjadi referensi tulisan-tulisan saya, namun tanpa mempelajari Notebook-nya
yang luas itu secara rinci. Dorongan untuk melakukan hal itu muncul pada
pertengahan 1990-an, ketika saya menyaksikan pameran besar gambar-gambar karya
Leonardo di The Queen’s Gallery di Buckingham Pallace, London. Ketika saya
memandangi gambar-gambar yang tersusun rapat dan berdampingan, yang sering kali
terpampang hanya dalam satu halaman saja, tentang arsitektur dan anatomi
manusia, pusaran air dan pusaran udara, pola-pola aliran air, gelombang rambut
manusia dan pola-pola pertumbuhan rumput, saya menyadari bahwa studi-studi
sistematis Leonardo tentang bentuk-bentuk yang hidup dan tak-hidup, telah
menjadi sebuah sains tentang kualitas dan keseluruhan yang berbeda secara
fundamental dari sains Galileo dan Newton. Bagi saya, inti penyelidikan-penyelidikannya
adalah eksplorasi tekun atas pola-pola, yang saling menautkan berbagai fenomena
dari bidang-bidang yang sangat luas.
Sesudah
mengeksplorasi imbangan modern bagi pendekatan Leonardo dalam beberapa buku
saya terdahulu, yang kini dikenal sebagai teori kompleksitas dan teori sistem,
saya merasa bahwa sekaranglah saatnya bagi saya untuk mempelajari Notebook
Leonardo dengan tekun, dan mengevaluasi pemikiran ilmiahnya dari perspektif
perkembangan sains modern terkini.
Walaupun
Leonardo mewariskan kepada kita, dalam kata-kata sarjana Reniasans terkemuka,
Kenneth Clarck, “salah satu rekaman yang melimpah dan utuh dari sebuah pikiran
yang sedang bekerja yang pernah dikaruniakan kepada kita,” Notebook-nya
hampir-hampir tidak memberikan petunjuk tentang karakter dan kepribadian
pengarangnya. Leonardo, baik dalam lukisan-lukisan maupun dalam kehidupannya,
tampaknya menimbulkan semacam misteri. Lantaran aura misteri dan juga bakatnya
yang luar biasa, maka Leonardo da Vinci menjadi sosok legendaris bahkan pada
masa hidupnya, dan legenda tentang dirinya itu semakin kokoh dengan variasi
yang berbeda-beda pada abad-abad sesudah meninggalnya.
Sepanjang
sejarah, ia adalah personifikasi dari Renaisans, namun setiap era “menciptakan
kembali” (reinvented) Leonardo menurut zetgeist (semangat
zaman–penerj.) masanya masing-masing. Dengan demikian, tak dapat dielakkan
bahwa dalam halaman-halaman berikut ini saya juga harus menciptakan kembali
Leonardo. Citra yang muncul dari pembahasan saya adalah, dalam peristilahan saintifik
kontemporer, citra tentang Leonardo sebagai seorang pemikir sistemik, ekologis,
dan teoretisi kompleksitas; seorang ilmuwan dan seniman dengan penghormatan
mendalam terhadap semua kehidupan, dan sebagai manusia yang memiliki gairah
besar untuk berkarya demi kebahagiaan umat manusia.
Intuisi
penuh tenaga yang saya rasakan di pameran London itu, bahwa Leonardo yang saya
lukiskan di atas memang “Leonardo dari masa kita,” telah dikonfirmasi oleh
riset lanjutan dan eksplorasi saya atas Notebook. Sebagaimana ditulis oleh
sejarawan seni Martin Kemp, dalam katalog sebuah pameran sebelumnya tentang
gambar-gambar Leonardo di Hayward Gallery, London:
“Bagi
saya, tampaknya ada suatu dasar bagi pencapaian [Leonardo] itu, yang tetap
dapat diakses secara intuitif, betapa pun tak sempurnanya ditransmisikan dan
diterima oleh generasi yang yang berbeda-beda. Apa yang telah dimengerti adalah
bahwa produksi-produksi artistiknya lebih dari sekedar seni –bahwa mereka
adalah bagian dari suatu visi yang merangkum pengertian mendalam tentang
ke-salingterkait-an benda-benda. Kompleksitas seutuhnya dari hidup dalam
konteks dunia tersebut, tersirat ketika ia mengkarakterisasikan bagian-bagian
yang menjadi penyusunnya… Saya percaya bahwa visinya tentang totalitas dunia
sebagai semacam organisme tunggal, memang berbicara kepada kita pada masa kini
dengan relevansi tertentu, ketika potensi teknologis kita menjadi mengerikan.”
Potret
Kemp atas Leonardo pada pameran itu, yang dicirikan dengan lugas pada kutipan
di atas, mencerminkan potret ciptaan saya sendiri. Leonardo inilah yang akan
muncul dari eksplorasi saya tentang sintesisnya yang unik atas sains dan
seni.
Sumber: https://lainhalnya.wordpress.com/2014/02/24/fritjof-capra-sains-leonardo/
0 Comments