SAINS LEONARDO DA VINCI


Oleh: Fritjof Capra


 
Sumber: http://2.bp.blogspot.com/
Leonardo da Vinci, mungkin merupakan empu pelukis dan jenius Renaisans terbesar, telah menjadi subjek bagi ratusan buku keilmuan dan populer. Karya besarnya yang melimpah itu, yang konon mencapai 100.000 gambar dan lebih dari 6.000 halaman catatan, dan bidang perhatiannya yang sangat beragam, telah memikat banyak sekali sarjana dari berbagai disiplin akademik dan seni.

Namun yang mengejutkan adalah, hanya ada sedikit buku tentang sains Leonardo, walaupun ia meninggalkan buku-buku catatan tebal dan penuh deskripsi rinci tentang eksperimen-eksperimennya, gambar-gambar cemerlang, dan analisis mendalam atas temuan-temuannya. Di samping itu, sebagian besar pengarang yang mendiskusikan karya inilah Leonardo telah memandangnya melalui lensa Newtonian, dan saya yakin hal ini telah membuat mereka tidak memahami hakikat esensialnya.

Leonardo pada akhirnya hendak menyajikan hasil-hasil riset ilmiahnya sebagai suatu bangunan pengetahuan yang koheren dan integral. Ia tidak pernah berhasil melakukan hal itu, karena sepanjang hidupnya ia selalu merasa lebih banyak terdorong untuk memperluas, memperindah, dan mendokumentasikan investigasinya ketimbang mengorganisasikannya dalam cara sistematis. Sehingga pada masa-masa pasca meninggalnya, para sarjana yang mempelajari Notebook-nya yang cemerlang itu lebih cenderung memandangnya sebagai karya yang terpecah-pecah dan semrawut. Namun dalam pikiran Leonardo, sainsnya sama sekali tidak terpecah-pecah. Sains itu memberinya gambaran koheren, menyatukan fenomena alam semesta –namun merupakan gambaran alam semesta Galileo, Descartes, dan Newton.

Baru sekarang inilah, lima abad kemudian, ketika batas wilayah sains Newtonian telah tampak jelas dan pandangan dunia Cartesian yang mekanistik menyisih, dan memberikan jalan kepada pandangan yang holistik dan ekologis, yang mirip dengan pandangan Leonardo, kita mulai bisa mengapresiasi seluruh kekuatan sains Leonardo dan relevansi besarnya bagi era modern kita.

Niat saya adalah hendak menyajikan suatu pembahasan koheren tentang metode dan pencapaian ilmiah sang jenius besar Renaisans tersebut, dan mengevaluasinya dari perspektif pemikiran ilmiah masa kini. Mempelajari Leonardo dari perspektif ini, tidak hanya akan memungkinkan kita untuk mengenali sainsnya sebagai suatu bangunan pengetahuan yang kokoh, namun juga akan memnunjukkan mengapa sains itu tidak dapat dimengerti tanpa seninya, dan seninya juga tidak dapat dimengerti tanpa sainsnya.

Sebagai ilmuwan dan pengarang, dalam buku ini saya berangkat dari karya saya yang biasanya. Akan tetapi pada saat yang sama, buku ini telah menjadi buku yang memuaskan untuk ditulis, karena selama tiga dekade ini saya telah terpesona pada karya ilmiah Leonardo da Vinci. Ketika saya memulai karier sebagai penulis pada awal 1970-an, saya berencana menulis sebuah buku populer tentang fisika partikel. Saya merampungkan tiga bab pertama dari manuskrip tersebut, kemudian membatalkan proyek itu untuk menulis The Tao of Physics, di mana sebagian besar dari materi manuskrip tersebut saya masukkan ke dalam buku itu. Manuskrip saya yang asli dimulai denan sejarah singkat sains Barat modern, dan dibuka dengan pernyataan indah oleh Leonardo da Vinci tentang landasan empiris sains yang sekarang menjadi epigraf buku ini.

Karena saya telah memberikan peghargaan kepada Leonardo sebagai ilmuwan pertama (jauh sebelum Galileo, Bacon, dan Newton) dalam manuskrip awal, saya tetap mempertahankan ketakjuban saya pada karya ilmiahnya, dan selama bertahun-tahun telah menjadi referensi tulisan-tulisan saya, namun tanpa mempelajari Notebook-nya yang luas itu secara rinci. Dorongan untuk melakukan hal itu muncul pada pertengahan 1990-an, ketika saya menyaksikan pameran besar gambar-gambar karya Leonardo di The Queen’s Gallery di Buckingham Pallace, London. Ketika saya memandangi gambar-gambar yang tersusun rapat dan berdampingan, yang sering kali terpampang hanya dalam satu halaman saja, tentang arsitektur dan anatomi manusia, pusaran air dan pusaran udara, pola-pola aliran air, gelombang rambut manusia dan pola-pola pertumbuhan rumput, saya menyadari bahwa studi-studi sistematis Leonardo tentang bentuk-bentuk yang hidup dan tak-hidup, telah menjadi sebuah sains tentang kualitas dan keseluruhan yang berbeda secara fundamental dari sains Galileo dan Newton. Bagi saya, inti penyelidikan-penyelidikannya adalah eksplorasi tekun atas pola-pola, yang saling menautkan berbagai fenomena dari bidang-bidang yang sangat luas.

Sesudah mengeksplorasi imbangan modern bagi pendekatan Leonardo dalam beberapa buku saya terdahulu, yang kini dikenal sebagai teori kompleksitas dan teori sistem, saya merasa bahwa sekaranglah saatnya bagi saya untuk mempelajari Notebook Leonardo dengan tekun, dan mengevaluasi pemikiran ilmiahnya dari perspektif perkembangan sains modern terkini.

Walaupun Leonardo mewariskan kepada kita, dalam kata-kata sarjana Reniasans terkemuka, Kenneth Clarck, “salah satu rekaman yang melimpah dan utuh dari sebuah pikiran yang sedang bekerja yang pernah dikaruniakan kepada kita,” Notebook-nya hampir-hampir tidak memberikan petunjuk tentang karakter dan kepribadian pengarangnya. Leonardo, baik dalam lukisan-lukisan maupun dalam kehidupannya, tampaknya menimbulkan semacam misteri. Lantaran aura misteri dan juga bakatnya yang luar biasa, maka Leonardo da Vinci menjadi sosok legendaris bahkan pada masa hidupnya, dan legenda tentang dirinya itu semakin kokoh dengan variasi yang berbeda-beda pada abad-abad sesudah meninggalnya.

Sepanjang sejarah, ia adalah personifikasi dari Renaisans, namun setiap era “menciptakan kembali” (reinvented) Leonardo menurut zetgeist (semangat zaman–penerj.) masanya masing-masing. Dengan demikian, tak dapat dielakkan bahwa dalam halaman-halaman berikut ini saya juga harus menciptakan kembali Leonardo. Citra yang muncul dari pembahasan saya adalah, dalam peristilahan saintifik kontemporer, citra tentang Leonardo sebagai seorang pemikir sistemik, ekologis, dan teoretisi kompleksitas; seorang ilmuwan dan seniman dengan penghormatan mendalam terhadap semua kehidupan, dan sebagai manusia yang memiliki gairah besar untuk berkarya demi kebahagiaan umat manusia.

Intuisi penuh tenaga yang saya rasakan di pameran London itu, bahwa Leonardo yang saya lukiskan di atas memang “Leonardo dari masa kita,” telah dikonfirmasi oleh riset lanjutan dan eksplorasi saya atas Notebook. Sebagaimana ditulis oleh sejarawan seni Martin Kemp, dalam katalog sebuah pameran sebelumnya tentang gambar-gambar Leonardo di Hayward Gallery, London:

“Bagi saya, tampaknya ada suatu dasar bagi pencapaian [Leonardo] itu, yang tetap dapat diakses secara intuitif, betapa pun tak sempurnanya ditransmisikan dan diterima oleh generasi yang yang berbeda-beda. Apa yang telah dimengerti adalah bahwa produksi-produksi artistiknya lebih dari sekedar seni –bahwa mereka adalah bagian dari suatu visi yang merangkum pengertian mendalam tentang ke-salingterkait-an benda-benda. Kompleksitas seutuhnya dari hidup dalam konteks dunia tersebut, tersirat ketika ia mengkarakterisasikan bagian-bagian yang menjadi penyusunnya… Saya percaya bahwa visinya tentang totalitas dunia sebagai semacam organisme tunggal, memang berbicara kepada kita pada masa kini dengan relevansi tertentu, ketika potensi teknologis kita menjadi mengerikan.”

Potret Kemp atas Leonardo pada pameran itu, yang dicirikan dengan lugas pada kutipan di atas, mencerminkan potret ciptaan saya sendiri. Leonardo inilah yang akan muncul dari eksplorasi saya tentang sintesisnya yang unik atas sains dan seni.



Sumber: https://lainhalnya.wordpress.com/2014/02/24/fritjof-capra-sains-leonardo/

Post a Comment

0 Comments