TUBUH INI HANYALAH TIPUAN SEMATA


Oleh
Jalaluddin Rumi
sumber: http://3.bp.blogspot.com/

Sirajuddin berkata: “aku pernah membicarakan suatu masalah dan tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang menyakiti di dalam hatiku”.

Maulana Rumi menjawab: “sesuatu itu adalah wakilmu. Ia tidak mengizinkanmu untuk membicarangkan masalah itu”.

Meskipun demikian, kamu tidak bisa melihat wakilmu dengan mata telanjang. Saat kamu merasakan rindu, tertarik, atau sakit, dirimu tahu jika di sana terdapat wakilmu. Misalnya, kamu masuk ke dalam kolam air, di satu sisi kamu merasakan kelembutan mawar dan wangi bunga. Namun, saat itu kamu berada di sisi lain, kamu merasakan tusuk duri. Setelah itu kamu baru sadar bahwa satu sisi adalah bumi berduri (banyak durinya) yang penuh gangguan dan derita, sedang sisi yang lain adalah taman yang di penuhi kebahagiaan, meskipun kamu tidak melihat keduanya. Mereka menanamkan perasa ini dengan sebutan Wijdan (hati nurani). Ia lebih terang dari sesuatu yang dapat dilihat oleh mata.

Misalnya lapar dan dahaga atau kemarahan dan kebahagiaan, semua itu adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat, namun semua itu memengaruhi kita lebih dari apa pun yang dapat dilihat. Karena itu jika kamu memejamkan mata, kamu tidak akan melihat sesuatu yang ada di hadapanmu, tetapi dirimu tidak akan bisa mengusir rasa lapar. Dengan cara yang sama, hangat dan dingin yang melekat pada hidangan makan malam, serta manis dan pahit yang melekat pada makanan lainnya, semua itu tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, namun lebih dari itu ia mampu dirasakan oleh organ tubuh yang lain.

Sekarang, mengapa kamu hanya mementingkan tubuh ini? Apa hubunganmu dengan tubuh ini?. Padahal kamu dapat berdiri tanpanya. Selamanya kamu tanpa tubuh. Di malam hari kamu tidak memedulikan tubuhmu, sementara di siang hari kamu selalu disibukkan dengan bermacam pekerjaan. Pada saat itu dirimu tidak bersama tubuhmu. Bagaiman kamu bisa merasakan gemetaran tubuh ini, padahal kamu tidak pernah bersamanya bahkan selama satu jam pun Karena kamu selau berada di tempat-tempat lain?. Di mana kamu dan di mana tubuh itu?. “kamu berada di satu lembah, dan kamu berada di lembah yang lain”.

Tubuh ini adalah sebuah tipuan besar. Bayangkan jika kamu mati, maka sejatinya dia juga mati. Lalu apa yang kamu gantungkan pada tubuh?. Dia adalah penipu ulung. Para tukang sihir Fir’aun yang berdiri seperti semut kecil dan mengorbankan tubuh mereka Karena merasakan yakin bahwa mereka akan kekal tanpa tubuh dan tidak akan ketergantungan antara tubuh dengan mereka. Demikian juga yang terjadi pada Ibrahim, Ismail, serta Nabi lainnya dan wali yang ketika berdiri, mereka melepaskan dari urusan tubuh dan dari sesuatu yang ada maupun yang tidak ada.


Al-Hajj pernah mengisap ganja lalu menyandarkan kepalanya ke pintu dan berkata: “jangan menggerakkan pintu ini atau kepalaku akan jatuh”. Dia menyangka bahwa kepalanya tidak bersambung dengan tubuhnya dan ia masih bisa berdiri Karena pintu itu. Demikian juga dengan keadaan kita dan seluruh manusia: Mereka menyaka ada ketertarikan antara dirinya dengan tubuh mereka, atau mereka bergantung kepada tubuh untuk bertahan hidup.


Sumber: Diketik dari buku berjudul “Fihi Ma Fihi”/FORUM

Post a Comment

0 Comments