AIR KEHIDUPAN


 Oleh
Jalaluddin Rumi


Sumber: http://www.anneahira.com/
Asal materi adalah bahwa jika Ibnu Chavish menjaga kehormatan syekh Shalahuddin saat ia absen, mungkin ia dapat memberikan manfaat kepadanya dan bias menghilangkan kegelapan saat kabut dari dirinya. Bukankah Ibnu Chavish pernah mengatakan hal ini pada dirinya sendiri: “Semua Mahluk, termasuk manusia, bapak, ibu, keluarga, kerabat, dan suku meninggalkan negeri mereka. Mereka berpergian jauh dari India sampai Sindh (salah satu provinsi Pakistan) hingga sepatu-sepatu mereka robek, demi mencari seseorang yang memiliki aroma wangi dari Bumi yang di sana. Sudah berapa banyak orang yang mati Karena kerinduan dan penyesalan Karena tidak berhasil menemukan orang itu. Sementara kamu yang mendapati orang itu di rumahmu sendiri, tapi kamu justru memalingkan wajah darinya!. Ceroboh sekali”. Ibnu Chavish sendiri yang bilang kepadaku bahwa Shalahuddin adalah syekh-nya para syekh, beliau adalah orang yang besar dana gung, dan itu tampak sekali dalam rona wajahnya.


Ibnu Chavish berkata: “semenjak aku menjadi hambanya, aku tidak pernah mendengarnya memanggilmu kecuali dengan panggilan Sayyidin atau Maulana, dan ia tidak pernah mengganti julukan ini satu hari pun”. Kalua demikian, pastilah ambisi-ambisi buruknya telah membuatkan pikirannya dari ucapan-ucapannya sendiri. Kemudian dia mengatakan bahwa syekh Shalahuddin bukanlah siapa-siapa. Keburukan macam apa yang sudah syekh Shalahuddin lakukan kepadanya?. Hanya, ketika syekh Shalahuddin melihat Ibnu Chavihs masuk ke dalam sumur itu”. Dia mengatakan hal itu sebagai wujud rasa cinta kepadanya melebihi cinta pada semua orang. Tetapi Ibnu Chavish justru menolak rasa saying Syekh Shalahuddin itu. Karena jika kamu melakukan sesuatu yang tidak di sukai Syekh Shalahuddin, kamu akan terdampar ke dalam tekanannya. Kalau kamu sudah berada dalam tekanannya, bagaimana bias kamu melarikan diri?. Bahkan setiap kamu hendak pergi dari asap api neraka itu, ia selalu menasehatimu dan berkata: “jangan kamu tinggal dalam tekananku, pergi dari tekanan dan kemarahanku ini menuju lembah kemarahan dan kasih sayangku. Karena jika kamu jika kamu melakukan apa yang aku rekomendasikan, kamu akan terlepas dari kangkungannya dan menjadi bersinar-sinar?. Ia menasihatimu demi kebaikanmu, sementara kamu menyangka bahwa nasehatnya itu Karena maksud dan tujuan lain. Maksud tersembunyi macam apa yang dimiliki orang seperti dia terhadapmu? Ketika kamu menikmati kenikmatan dari meneguk minuman keras yang ganjal, haram, music atau apapun saja yang membuatnmu senang, pada saat itu kamu akan memaafkan semua musuhmu, kamu lebih condong untuk mencium tangan dan kaki mereka. Pada saat itu, apa bedanya antara mukmin dan kafir dimatamu?


Syekh Shalahuddin adalah asal dari kenikmatan itu. Ia adalah Samudra kenikmatan. Bagaimana bias kamu bias menyebutnya memiliki rasa kebencian dan permusuhan? Demi Allah, bukankah justru itu merupakan kasih sayangnya pada orang lain. Kalau tidak begitu, buat apa mereka berhubungan dengan tikus dan kodok? Bagaimana bias seseorang yang memiliki kerajaan dan keagungan dibandingkan dengan hamba yang menyedihkan seperti itu? Bukankah dikatakan bahwa: “air kehidupan terletak di dalam kegelapan dan kegelapan ini adalah raga para wali. Lantas dimanakah air kehidupan itu? Tidak mungkin bias menemukan sampai kepada air kehidupan? Mungkinkah kamu belajar hermafroditisme kepada para banci atau belajar tentang pelacuran kepada para pelacur tanpa harus menanggung ribuan bentuk kebencian, pemukulan dan pertentangan akan hasrat itu? Itulah satu-satunya cara agar kamu bias mempelajarinya. Mungkinkah kamu menginginkan kehidupan abadi, yang merupakan maqam para Nabi dan Wali, sementara kamu tidak mau menceburkan diri ke dalam sesuatu yang kamu tidak sukai dan tanpa adanya pengorbanan. Bagaimana itu bias terjadi?


Syekh tidak memberimu resep seperti yang diberikan oleh para guru terdahulu, yaitu dengan meninggalkan perempuan, anak, harta, dan pangkat. Dulu para syekh menyuruh murid-muridnya untuk meninggalkan para perempuan mereka sampai mereka menikahinya. Para murid bersedia menanggung syarat itu. Sementara kamu tidak mampu menerima saran yang sangat mudah: “boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal kamu amar baik bagimu [QS. Al-Baqarah:216]”. Lantar apa yang dilakukan orang-orang yang sudah dikalahkan oleh kebutaan dan kebodohan itu? Tidaklah mereka merenungikan bahwa ketika seseorang mencintai seseorang perempuan, maka ia akan melakukan apa pun, merendah diri mereka dan mengorbankan harta mereka untuk menakluk orang yang dicintainya. Ia mengerahkan seluruh daya dan upaya untuk memenangkan hasratnya. Ia melakukan hal itu siang dan malam tanpa bosan. Tapi mereka bosan dengan segala hal selain itu. Semua itu nilainya sangat sedikit sekali jika dibandingkan dengan cinta syekh dan cinta Allah. Dari sedikit hikmah, nasihat, dan petunjuk yang masuk ke dalam hatinya dan bagaimana ia meningglakan syekh-nya, bias kita ketahui bahwa ia bukanlah seorang pecinta dan juga bukan pencari cinta. Jika dia memang salah satu dari keduanya, maka dia akan menganggu semua syarat yang di sebutkan tadi, dan hatinya akan menjadi lebih manis dari madu dan gula.



Sumber: diketik dari buku berjudul “Fihi Ma Fihi”/FORUM

Post a Comment

0 Comments